MODEL PEMBELAJARAN SAVI TERHADAP HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA DI SD
oleh :
Miseri Cordias Domini Daeli¹, Nian Sari Hulu², Jesika Dwi Amanda Damanik³, Natalia
Fronika Sitorus4, Jainatun Naimah M.Pd5
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Sari
Abstrak
Penelitian ini secara mendalam menganalisis efektivitas model pembelajaran Somatic, Auditory, Visual, dan Intellectual (SAVI) dalam meningkatkan berbagai aspek keterampilan serta hasil belajar siswa di tingkat Sekolah Dasar. Beragam penelitian yang dibahas dalam kumpulan jurnal ini memberikan penekanan pada penerapan model SAVI terhadap kemampuan memahami bacaan, keterampilan menulis cerita fiksi, kemampuan mendengarkan teks narasi, keterampilan berdakwah puisi, keterampilan menulis puisi, serta hasil belajar Bahasa Indonesia secara umum. Metode yang digunakan dalam penelitian ini bermacam-macam untuk menilai pengaruh model SAVI. Beberapa penelitian menerapkan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yang memungkinkan untuk melakukan intervensi dan observasi berulang guna mengukur peningkatan secara bertahap. Desain kuantitatif juga banyak digunakan, termasuk
desain pre-eksperimental seperti One Group Pretest Posttest Design dan desain eksperimen murni seperti Posttest Control Group Design atau Pretest-Posttest Control Group Design. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini mencakup siswa dari berbagai tingkat kelas, seperti kelas II, III, IV, dan V Sekolah Dasar. Alat pengumpulan data meliputi tes hasil belajar, observasi terhadap guru dan siswa, kuesioner, serta tes keterampilan mendengarkan dan menulis puisi. Analisis data dilakukan menggunakan pendekatan statistik deskriptif dan inferensial, pengujian hipotesis, uji N-Gain, serta uji normalitas dan t-test. Hasil dari beragam penelitian menunjukkan secara konsisten bahwa penerapan model pembelajaran SAVI memberikan dampak positif dan signifikan. Dalam hal pemahaman bacaan, terdapat peningkatan yang signifikan dari 72,7% pada siklus pertama menjadi 96,77% pada siklus kedua. Dalam aspek keterampilan menulis cerita fiksi, kelas yang menerapkan model SAVI dengan dukungan media audiovisual menunjukkan peningkatan rata-rata nilai pretest dari 60 menjadi 86, sedangkan kelas kontrol yang tidak menggunakan model SAVI tidak menunjukkan peningkatan yang berarti (nilai rata-rata pretest 61, posttest 65). Pengujian hipotesis juga menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan (Sig. (2-tailed) = 0. 000).
Pendahuluan
Pendidikan dasar adalah pijakan penting dalam pengembangan karakter dankemampuan akademik siswa, yang khususnya mengedepankan peningkatan keterampilan berbahasa. Bahasa Indonesia, sebagai simbol kebangsaan dan sarana komunikasi yangpenting, memiliki peran krusial dalam kurikulum di tingkat sekolah dasar. Pelajaran ini tidakhanya berfokus pada penguasaan tata bahasa, tetapi juga bertujuan untuk meningkatkan empatkemampuan berbahasa utama: mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.Keterampilan tersebut sangat penting bagi siswa untuk menjalin interaksi yang efektif, memahami berbagai informasi, dan mengekspresikan ide serta emosi mereka dalam bermacam konteks. Namun, pengamatan dan berbagai kajian menunjukkan bahwa proses belajar Bahasa Indonesia di tingkat dasar masih mengalami berbagai kesulitan yang menghambat hasil belajar siswa agar tidak mencapai optimal.
Salah satu masalah utama adalah dominasi metode pembelajaran tradisional atau yang berorientasi pada guru, yang sering kali tidak mampu mendorong minat dan partisipasi aktif siswa. Pendekatan klasik ini, yang biasanya mengutamakan menghafal dan ceramah, bisa menjadikan siswa bersikap pasif, kurang bersemangat, dan sulit untuk memahami materi pelajaran secara mendalam. Akibatnya, banyak siswa menunjukkan tingkat pemahaman bacaan yang rendah, mengalami kesulitan dalam merangkai ide menjadi tulisan yang teratur seperti cerita fiksi atau puisi, serta menghadapi batasan dalam kemampuan mendengarkan teks naratif atau mendeklamasikan puisi dengan ekspresi yang baik. Situasi ini menunjukkan perlunya mencari dan menerapkan metode pembelajaran yang lebih kreatif, dinamis, dan berorientasi pada siswa.
Dalam konteks ini, model pembelajaran Somatic, Auditory, Visual, dan Intellectual (SAVI) muncul sebagai pilihan yang menjanjikan. SAVI didasarkan pada prinsip bahwa efisiensi pembelajaran akan maksimal jika seluruh indera dan aspek kognitif siswa dilibatkan secara menyeluruh. Elemen ‘Somatic’ (fisik) mendorong pembelajaran melalui pergerakan dan aktivitas langsung, ‘Auditory’ (pendengaran) memanfaatkan suara dan diskusi, ‘Visual’ (penglihatan) mengoptimalkan penggunaan media visual dan representasi, sedangkan ‘Intellectual’ (intelektual) merangsang kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah, dan memahami konsep. Dengan menggabungkan keempat aspek ini, model SAVI dirancang untuk menciptakan lingkungan belajar yang kaya akan stimulasi, interaktif, dan memungkinkan siswa untuk mengembangkan pengetahuan secara menyeluruh, sehingga diharapkan mampu mengurangi kesenjangan dalam pencapaian keterampilan berbahasa dan hasil belajar. Melihat potensi besar yang ditawarkan oleh model SAVI, serangkaian penelitian empiris telah dilakukan untuk mengevaluasi efektivitasnya dalam berbagai konteks pembelajaran Bahasa Indonesia di tingkat sekolah dasar. Penelitian-penelitian ini meliputi berbagai fokus, mulai dari peningkatan pemahaman membaca, pengembangan keterampilan menulis cerita fiksi, peningkatan keterampilan mendengarkan teks narasi (bahkan dengan dukungan media digital seperti literacy cloud), hingga penguatan keterampilan mendeklamasikan dan menulis puisi.
Beberapa studi juga secara khusus menilai dampak model SAVI terhadap hasil belajar Bahasa Indonesia secara keseluruhan. Tulisan ini bertujuan untuk menyajikan sintesis menyeluruh dari berbagai temuan riset tersebut. Dengan demikian, diharapkan dapat diperoleh pemahaman yang lebih baik dan mendalam mengenai potensi transformasional model pembelajaran SAVI sebagai strategi inovatif untuk meningkatkan kualitas proses dan pencapaian pembelajaran Bahasa Indonesia di tingkat pendidikan dasar, serta memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik pengajaran yang lebih efektif dan relevan.
Metode Penelitian
Serangkaian studi yang mengeksplorasi pengaruh model pembelajaran Somatic, Auditory, Visual, dan Intellectual (SAVI) dalam meningkatkan berbagai kemampuan dan hasil belajar siswa di tingkat sekolah dasar ini menerapkan berbagai pendekatan dan desain metodologis, yang disesuaikan dengan sasaran spesifik dari setiap penelitian yang dilakukan. Variasi ini menjamin kekayaan data dan keabsahan hasil yang menyeluruh. Secara umum, beberapa penelitian menerapkan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), terutama yang berorientasi pada peningkatan kemampuan memahami bacaan siswa kelas V di
SD 04 Pt. Kuningan Jakarta Selatan, serta kajian tentang peningkatan keterampilan mendeklamasikan dan membaca puisi di kalangan siswa kelas IV di SDN 2 Kejiwan dan SD Inpres BTN IKIP 1 Kota Makassar.
Desain PTK ini ditandai oleh siklus sistematis yang berulang, mencakup tahap perencanaan tindakan, pelaksanaan pembelajaran dengan model SAVI, observasi mendalam terhadap proses serta respons siswa, dan refleksi kritis untuk menilai dampak serta merumuskan tindakan perbaikan di siklus selanjutnya. Pendekatan ini memungkinkan peneliti untuk secara fleksibel menyesuaikan strategi pembelajaran berdasarkan umpan balik langsung yang diperoleh dari situasi kelas, biasanya dilakukan dalam dua siklus untuk memastikan hasil belajar yang optimal dan signifikan. Selain itu, banyak studi yang menggunakan pendekatan kuantitatif dengan berbagai desain eksperimen untuk menganalisis hubungan sebab-akibat antara penerapan model SAVI dan variabel hasil belajar tertentu.
Desain Eksperimen Murni (True Experimental Design), baik dalam format Posttest Control Group Design maupun Pretest-Posttest Control Group Design, diterapkan dalam penelitian yang mengevaluasi keefektifan model SAVI dengan bantuan media audiovisual dalam meningkatkan keterampilan menulis cerita fiksi siswa kelas IV di SDN Pagandongan dan siswa kelas IV di SD Negeri Gugus 21 Wilayah IV Lilirilau Kabupaten Soppeng. Dalam desain ini, terdapat kelompok eksperimen yang menerima intervensi (pembelajaran dengan SAVI) dan kelompok kontrol yang tidak mendapat perlakuan, dengan subjek yang idealnya dipilih secara acak untuk meminimalkan kemungkinan bias. Di sisi lain, desain Kuasi-Eksperimen (Nonequivalent Control Group) diterapkan pada kajian tentang efek model SAVI yang didukung oleh media literacy cloud terhadap keterampilan mendengarkan teks narasi siswa kelas III A dan III B di sebuah sekolah dasar di Subang, di mana penempatan subjek ke dalam kelompok tidak dilakukan secara acak, tetapi tetap memungkinkan untuk melakukan perbandingan antara kelompok.
Terdapat pula penelitian yang menggunakan desain Pra-Eksperimen (One Group Pretest-Posttest Design), seperti kajian tentang dampak model SAVI dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia terhadap hasil belajar 22 siswa kelas II, serta penelitian tentang pengaruh model SAVI pada keterampilan menulis puisi di kalangan siswa kelas V UPT SPF SDN 112 Barang, Bulukumba. Desain ini melibatkan analisis satu kelompok yang diukur sebelum dan setelah penerapan model SAVI untuk menemukan perubahan yang terjadi dalam kelompok tersebut. Sebuah penelitian juga mengadopsi pendekatan deskriptif kualitatif untuk secara rinci mengeksplorasi peningkatan kemampuan menulis puisi di kalangan 32 siswa dari kelas V SD Negeri 068 Sindanglaya di
Kota Bandung, dengan penekanan pada narasi tentang proses dan hasil serta tanpa terlalu fokus pada ukuran numerik yang ketat.
Subjek dan sampel dalam penelitian berbeda-beda di setiap studi, mencakup siswa dari berbagai tingkatan dan sekolah dasar yang bervariasi, seperti siswa kelas V SD 04 Pt. Kuningan di Jakarta Selatan, siswa kelas IV SDN Pagandongan, siswa kelas III A dan III B di Subang, siswa kelas IV SD Negeri Gugus 21 Wilayah IV Lilirilau di Kabupaten Soppeng, siswa kelas IV SDN 2 Kejiwan, kelompok siswa kelas II berjumlah 22 orang, 32 siswa kelas V SD Negeri 068 Sindanglaya Kota Bandung, serta siswa kelas IV SD Inpres BTN IKIP 1 di Kota Makassar, dan siswa kelas V UPT SPF SDN 112 Barang, Bulukumba. Jumlah sampel bervariasi antara 20 siswa per kelas hingga total 374 siswa dalam satu penelitian. Metode pengumpulan data yang digunakan sangat beragam untuk menjamin kelengkapan dan keandalan informasi.
Instrumen utama mencakup tes hasil belajar atau tes kemampuan (seperti tes pemahaman bacaan, tes keterampilan menulis cerita fiksi, tes keterampilan mendengarkan, tes performa mendeklamasikan puisi, dan tes esai menulis puisi) yang biasanya dilakukan dalam format pretest dan posttest. Di samping itu, lembar observasi juga dipakai secara luas untuk mengamati kinerja guru dan aktivitas siswa selama pembelajaran, menangkap interaksi serta penerapan model SAVI di kelas. Kuesioner (untuk siswa dan guru) juga digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang persepsi, tanggapan, dan pengalaman subjek terhadap penerapan model pembelajaran SAVI. Data tambahan seringkali diperoleh melalui dokumentasi yang relevan.Terkait analisis data, berbagai metode diterapkan sesuai dengan jenis dan desain penelitian.
Dalam studi kuantitatif, analisis statistik deskriptif diterapkan untuk merangkum dan menggambarkan karakteristik data dasar (seperti rata-rata dan persentase). Selanjutnya, analisis statistik inferensial dilakukan untuk menguji hipotesis dan membuat generalisasi. Ini mencakup penggunaan uji-t (seperti paired sample t test atau independent sample t-test) untuk membandingkan rata-rata antar kelompok atau dalam satu kelompok sebelum dan setelah intervensi. Uji N-Gain juga digunakan untuk mengukur tingkat perbaikan dalam hasil belajar atau keterampilan siswa yang dinormalisasi. Sebelum melaksanakan uji statistik parametrik, uji normalitas sering dilakukan untuk memastikan distribusi data memenuhi syarat yang diperlukan.
Di sisi lain, dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan dengan cara menginterpretasikan data dari observasi dan kuesioner secara naratif untuk memberikan wawasan mendalam tentang kualitas dan proses peningkatan keterampilan siswa. Secara keseluruhan, metodologi yang beragam dan menyeluruh ini memungkinkan para peneliti untuk meneliti dampak model pembelajaran SAVI dari berbagai sudut pandang, baik kuantitatif maupun kualitatif, sehingga menghasilkan bukti yang kuat dan bervariasi mengenai efektivitas model tersebut dalam meningkatkan kemampuan dan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa di tingkat sekolah dasar.
Hasil Penelitian dan Diskusi
Hasil Penelitian
Berdasarkan penggabungan menyeluruh dari berbagai penelitian yang telah dianalisis, penerapan model pembelajaran Somatic, Auditory, Visual, dan Intellectual (SAVI) secara konsisten menunjukkan hasil yang berarti dan berdampak positif dalam meningkatkan berbagai keterampilan bahasa serta hasil belajar siswa di tingkat sekolah dasar. Temuan ini, meskipun memiliki fokus dan desain penelitian yang berbeda-beda, mengindikasikan secara keseluruhan bahwa model SAVI merupakan strategi pengajaran yang efektif. Dalam konteks pemahaman membaca, sebuah penelitian yang dilakukan di kelas V SD 04 Pt. Kuningan Jakarta Selatan menunjukkan kemajuan yang signifikan.
Dengan menggunakan pendekatan SAVI yang diintegrasikan dengan metode Quantum Reading, kemampuan siswa dalam memahami bahan bacaan mengalami peningkatan yang nyata. Data dari observasi dan evaluasi menunjukkan bahwa rata rata persentase pemahaman bacaan siswa meningkat secara drastis, dari 72,7% pada akhir siklus I menjadi 96,77% pada akhir siklus II. Lonjakan ini secara jelas menunjukkan bahwa perpaduan antara SAVI dan Quantum Reading sangat efektif, tidak hanya dalam meningkatkan kemampuan pemahaman teks siswa, tetapi juga dalam memperbaiki kondisi pembelajaran secara keseluruhan. Selanjutnya, dalam aspek keterampilan menulis cerita fiksi, model pembelajaran SAVI yang dilengkapi dengan media audiovisual terbukti efektif dalam penelitian eksperimen yang melibatkan siswa kelas IV. Kelompok yang mendapatkan intervensi melalui model SAVI menunjukkan peningkatan rata rata nilai dari 60 pada pretest menjadi 86 pada posttest. Sementara itu, kelompok kontrol yang tidak menerapkan model SAVI hanya menunjukkan sedikit peningkatan, dari nilai rata-rata pretest sebesar 61 menjadi 65 pada posttest, yang menunjukkan bahwa tanpa intervensi SAVI, perkembangan keterampilan menulis cerita fiksi tidaklah signifikan.
Hasil analisis statistik menggunakan paired sample t-test semakin mendukung temuan ini, dengan nilai signifikansi (2-tailed) sebesar 0. 000, yang jelas berada jauh di bawah batas 0. 05. Tidak hanya itu, model SAVI juga memiliki peran penting dalam penguasaan keterampilan yang berhubungan dengan puisi. Dalam keterampilan mendeklamasikan puisi, sebuah penelitian tindakan kelas di SDN 2
Kejiwan pada siswa kelas IV mencatat adanya peningkatan kemampuan yang bertahap dan konsisten. Rata-rata hasil ujian mendeklamasikan puisi siswa meloncat dari 68,03% di fase pra-penelitian, meningkat menjadi 77,58% di akhir siklus I, dan mencapai 88,03% pada akhir siklus II. Kinerja guru dalam penerapan model SAVI juga dinilai sangat baik, dengan rata-rata observasi mencapai 92,74%. Di sisi lain, untuk keterampilan menulis puisi, sebuah penelitian deskriptif kualitatif melibatkan siswa kelas V SD Negeri 068 Sindanglaya di Kota Bandung mencatat adanya peningkatan kualitas yang terukur. Rata-rata skor keterampilan menulis puisi siswa adalah 77,19, yang dianggap sebagai kategori “baik”, dengan skor tertinggi mencapai 95 dan terendah 60. Tingkat keberhasilan siswa dalam keterampilan menulis puisi ini juga sangat tinggi, di mana 96,9% siswa berhasil mencapai atau bahkan melampaui Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Penelitian kuantitatif lain yang meneliti pengaruh model SAVI pada keterampilan menulis puisi di kelas V UPT SPF SDN 112 Barang, Bulukumba, semakin memperkuat temuan positif ini.
Analisis statistik inferensial dengan menggunakan rumus uji-t menunjukkan bahwa nilai Tcount yang dihasilkan adalah 17. 128, yang secara signifikan lebih tinggi dari nilai Ttable sebesar 2. 13145 (17. 128 > 2. 13145). Perbandingan ini secara statistik membuktikan ada pengaruh positif yang kuat dari penerapan model SAVI terhadap peningkatan keterampilan menulis puisi para siswa. Terakhir, model SAVI juga telah terbukti memberikan dampak positif yang signifikan terhadap hasil belajar Bahasa Indonesia secara keseluruhan. Dalam sebuah penelitian pra-eksperimen dengan desain One Group Pretest Posttest yang melibatkan 22 siswa kelas II, rata-rata nilai pretest adalah 67,5, yang kemudian mengalami peningkatan signifikan menjadi 79,7 pada posttest. Hasil uji hipotesis menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0.
Diskusi
Pembahasan ini menjelaskan dan menganalisis hasil-hasil penting dari berbagai penelitian mengenai efektivitas model pembelajaran Somatic, Auditory, Visual, dan Intellectual (SAVI) dalam penguasaan bahasa dan pencapaian belajar siswa di tingkat sekolah dasar. Keterpaduan hasil positif yang ditemukan di seluruh studi ini memberikan dasar kuat untuk menegaskan bahwa model SAVI bukan hanya sebuah opsi, tetapi juga suatu pendekatan yang memiliki potensi signifikan dalam mengubah cara pembelajaran Bahasa Indonesia.
Peningkatan yang signifikan dalam pemahaman membaca, yang mencapai 96,77% setelah penerapan SAVI, menunjukkan bahwa kombinasi modalitas fisik (Somatic), suara (Auditory), visual (Visual), dan pemikiran (Intellectual) secara bersamaan dapat mendukung proses berpikir yang lebih mendalam. Ketika siswa diajak untuk tidak hanya membaca dengan cara pasif, tetapi juga membayangkan, mendengarkan cerita, serta bergerak atau melakukan aktivitas yang berkaitan dengan teks, informasi tersebut akan lebih mudah dipahami dan diingat. Hal ini sesuai dengan teori pembelajaran multimodal yang mengatakan bahwa lebih banyak indra yang terlibat dalam belajar, semakin kuat ingatan yang terbentuk. Dengan cara yang sama, hasil positif dalam keterampilan menulis cerita fiksi, ditunjukkan oleh kenaikan signifikan nilai rata-rata dari 60 menjadi 86 pada kelompok eksperimen, mengkonfirmasi bahwa model SAVI menawarkan struktur yang efektif bagi siswa untuk menyusun ide dan mengekspresikannya dalam bentuk tulisan yang teratur.
Media audiovisual yang digunakan dalam model SAVI kemungkinan besar berkontribusi dalam memperkaya imajinasi siswa serta memberikan contoh yang jelas tentang struktur naratif, yang kemudian bisa mereka tiru dan kembangkan. Keberadaan kelompok kontrol yang tidak mengalami peningkatan serupa semakin menegaskan argumen bahwa model SAVI, bukan faktor lain, adalah pendorong utama kemajuan dalam keterampilan menulis ini. Efektivitas model SAVI juga menyentuh kemampuan mendengarkan teks naratif. Dengan peningkatan N-Gain sebesar 0,5898 dan dampak sebesar 79,9% pada keterampilan mendengarkan, menunjukkan bahwa literasi media cloud yang terintegrasi dengan SAVI menciptakan suasana pembelajaran yang lebih interaktif dan menarik. Aspek Auditory dalam SAVI sangat penting di sini, di mana siswa tidak hanya mendengar, tetapi juga secara intelektual memproses informasi yang diterima, mungkin didukung oleh visual dari literasi cloud. Hal ini memungkinkan siswa untuk lebih konsentrasi, menemukan detail penting, dan memahami alur cerita, sehingga bisa mengatasi tantangan umum dalam mendengarkan, di mana siswa sering kehilangan fokus atau tidak dapat menangkap inti dari pesan yang disampaikan. Dalam konteks keterampilan puisi, hasil-hasil ini sangat menarik. Peningkatan signifikan dalam keterampilan mendeklamasikan puisi dari 68,03% menjadi 88,03% menunjukkan bahwa elemen Somatic (gerakan tubuh dan ekspresi) dan Auditory (intonasi dan artikulasi) dalam SAVI berdampak langsung pada penampilan siswa. Deklamasi puisi merupakan seni yang memerlukan ekspresi fisik dan vocal, dan metode SAVI secara langsung melatih kedua aspek ini, sehingga siswa menjadi lebih percaya diri dan ekspresif. Di sisi lain, peningkatan dalam kualitas keterampilan menulis puisi dengan rata-rata skor 77,19 dan tingkat keberhasilan yang tinggi (96,9%) serta nilai Tcount yang jauh lebih baik dibandingkan Ttable menunjukkan bahwa SAVI juga memberdayakan siswa dalam proses kreatif. Modalitas Visual dapat membantu siswa untuk membayangkan gambar atau metafora, sementara aspek Intellectual membimbing mereka dalam memilih kata yang tepat dan merangkainya sesuai dengan struktur puisi.
Konsistensi peningkatan dalam berbagai keterampilan ini, bersama dengan penguatan hasil belajar Bahasa Indonesia secara umum (dari 67,5 menjadi 79,7 dengan signifikansi statistik), memberikan bukti yang kuat bahwa model SAVI mampu mengatasi berbagai tantangan dalam pembelajaran dan meningkatkan prestasi siswa. Model SAVI mempromosikan pembelajaran aktif dan partisipatif, meruntuhkan rutinitas pengajaran konvensional yang sering membosankan dan kurang efektif. Dengan mengaktifkan berbagai jalur indra dan kognisi, SAVI memfasilitasi pembelajaran yang lebih personal dan relevan bagi setiap siswa, menyesuaikan dengan variasi gaya belajar mereka. Namun, penting untuk diperhatikan bahwa diskusi ini berdasarkan sintesis dari penelitian-penelitian individu yang memiliki desain dan konteks yang berbeda-beda. Beberapa studi menggunakan desain tindakan kelas yang berfokus pada hasil praktis, sementara yang lain menggunakan pendekatan eksperimental yang lebih formal. Perbedaan ini, walaupun memperkaya pemahaman kita, juga mengharuskan kita untuk berhati-hati dalam menggeneralisasi temuan.
Keterbatasan yang ada dalam setiap penelitian individual, seperti ukuran sampel yang relatif kecil di beberapa kasus atau kurangnya detail mengenai keseragaman kelompok kontrol, bisa menjadi area yang perlu dieksplorasi lebih lanjut. Sebagai pengaruh praktis, hasil ini sangat mendukung penerapan model pembelajaran SAVI di lingkungan sekolah dasar. Para guru Bahasa Indonesia dianjurkan untuk mengintegrasikan elemen Somatic, Auditory, Visual, dan Intellectual dalam desain pembelajaran mereka, mungkin dengan memanfaatkan media ajar yang relevan dan inovatif seperti audiovisual atau platform digital. Untuk penelitian selanjutnya, akan sangat berguna untuk melakukan studi komparatif yang lebih besar dengan desain eksperimen yang lebih ketat, serta mengeksplorasi efektivitas SAVI dalam mata pelajaran lain dan tingkat pendidikan yang berbeda untuk lebih memperkaya pengetahuan di bidang ini.
Dafatar Pustaka
Buns, P. C, Betty D dan Roos. (n. d. ). Pembelajaran Membaca dan Sekolah Dasar Saat Ini.
Cicago: Rand Mc. Nally College Publishing Company.
Campbell, Linda dkk. (2004). Metode Praktis untuk Pembelajaran dengan Berbasis Multiple
Intelligences. Depok: Intuisi Press.
Dave, Meier. (2001). Pembelajaran yang Dipercepat. Jakarta, Bandung: Mizan Pustaka.
De Porter, Bobby dan Hernacki, Mike. (2005). Pembelajaran Kuantum. Bandung: Kaifa.
Dennison, Paul E dan Dennison, Gail E. (2002). Senam Otak. Jakarta: Grasindo.
Dryden, Gordon dan Jeanette Vos. (1999). Revolusi Pembelajaran; Jaringan Pembelajaran.
Ichda, M. A, Astika Berliana Wanti, Hariyanto, A. E. A. (2023). Penggunaan Chromebook
untuk Meningkatkan Minat Baca Siswa Kelas Rendah melalui Cerita Bergambar dengan
Aplikasi Literacy Cloud. JR Reforma Jurnalpendidikan. Unisla. Ac. Id, 13(1), 1–14.
Kaufeld, Martha. (2008). Guru, Ubah Cara Mengajarmu, Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta:
PT Macanan Jaya Cemerlang.
Keraf, G. (2010). Argumen dan Narasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Kurikulum 2013. (2013). Jakarta: Kementrian dan Kebudayaan.
Kusumawati, N. (2018). Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas V dengan Model
Pembelajaran SAVI pada Mata Pelajaran IPA. . . .
Masson, J. M. (n. d. ). Hubungan Membaca dan Menulis. Boston: Allyn and Bacon.
Meier, D. (2002). Buku Panduan Pembelajaran yang Dipercepat (diterjemahkan oleh:
Rahmani Astuti). Bandung: Kaifa.
Nofrianni, E dan Syahniar. (2019). Pengembangan Bahan Ajar untuk Membaca Pemahaman
dengan menggunakan model Somatic Auditory Visual And Intellectual untuk Kelas IV SD.
Jurnal Pemikiran dan Pengembangan Sekolah Dasar, 7(1).
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2014 tentang Pengembangan,
Pembinaan, dan Perlindungan Bahasa dan Sastra serta Peningkatan Fungsi Bahasa
Indonesia, Bab II, Pasal 5.
Putri R. , M. (2016). Peningkatan Keterampilan Dalam Menyimak Cerita Anak melalui
Pendekatan SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual) Dengan Media Audio Visual pada
Siswa Kelas V SD Negeri Karangtengah Tahun Ajaran 2015/2016. Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Santika, A. , dan Nasution. (2021). Pengembangan Media Gambar Berseri untuk
Meningkatkan Keterampilan Bahasa Indonesia Siswa Kelas II SD. Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran Terpadu (JPPT), 03(02), 83-97. http://repository. radenintan. ac.
id/id/eprint/17762
Setyo Utaminingsih, E. , Ayu Puspita, M. , Sumartiningsih, S. , Fajar Habibi, A. , dan
Mulyaningtiyas, T. (2023). Permasalahan dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas III di
Sekolah Dasar. Research and Development Journal of Education, 9(2), 860-870. http://dx.
doi. org/10. 30998/rdje. v9i2. 16197
Shoimin, Aris. (2014). 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media.
Sholihah, A. , M. (2017). Penerapan Model Pembelajaran SAVI untuk Meningkatkan
Kemampuan Berbicara Siswa Kelas IV SD. Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
Sudarmin, Abdul Azis Muslimin, R. B. (n. d. ). (Tidak ada informasi lengkap).
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, R dan
D. Bandung: Alfabeta.
Tarigan, H. G. (2013). Membaca sebagai Keahlian Membaca. Bandung: Angkasa.
Tarigan, Henry Guntur. (2008). Menulis sebagai Keahlian Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Wulandari, R. T. , Pratama, D. P. , dan Andiyanto, A. (2021). Dampak Model Somatis,
Auditori, Visual, Intelektual (SAVI) pada Pembelajaran Bahasa Indonesia terhadap Hasil
Belajar Siswa. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan, 5(3), 340-346.
Yudiari, M. M. , Parmiti, D. P. , dan Sudana, D. N. (2015). Dampak Penggunaan Model
Pembelajaran SAVI dengan Media Mind Mapping pada Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V. E
Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha, 3(1). https://ejournal. undiksha. ac.
id/index. php/JJL/article/view/26799